Pada setiap puisi yang aku tulis,
Ada dirimu yang kuletakkan di balik huruf,
di balik kalimat di mana kamu biasa sembunyi.
Kadang aku akan menyamarkanmu dengan gambaran kertas yang kusut,
Atau dengan awan yang berarak di atas langit.
Setiap aku buat kamu membaca,
dengan kening yang berkerut kamu akan berkata,
‘Aku tidak mengerti.’
Pada setiap puisi yang aku tulis,
Ada luka yang aku jahit di setiap lembarnya,
Ku sematkan luka itu di antara titik dan koma.
Luka itu adalah bagian dari aku.
Bukan disebabkan olehmu,
atau karena gersangnya hatimu,
yang tak mampu dibasahi oleh air mata bahkan hujan semalaman.
Pada setiap puisi yang aku tulis,
Ada pengharapan di setiap gores penanya,
di mana suatu hari ia akan menjadi pengganti kata-kata dan berbicara.
Lalu kita akan duduk bersama,
Kamu menjadi nyata,
Dan tidak hanya menjadi bagian pengandaian dalam bait-bait ini saja.
.kurntia.