Disclaimer: Tulisan ini akan mengandung unsur keyakinan bagi yang yakin dan percaya.
For years, bahkan sampe sekarang, gue merasa lagu paling relijius adalah “One Call Away” milik Charlie Puth. Selain karena suara dan muka mas Charlie yang bening kayak air aqua, coba dengerin lagunya sambil merem terus resapin liriknya kata demi kata.
Gue pribadi mulai merasa dan percaya lagu ini relijius setelah gue ada di fase desperado, nggak ngerti mesti ngelakuin apa di hidup ini, bahkan untuk nanya pun nggak tau mesti nanya apa dan ke siapa. Pas iseng muter ni lagu, trus nyari liriknya kok serasa mas ganteng ini nyanyi khusus buat gue, (halu mulu aja Gen).
Apalagi pas bagian “I am only one call away, I’ll be there to save the day,” berasa mas Charlie ikutan nemenin gue yang saat itu lagi jongkok di pojokan, urek-urek tanah. Doi dengan ademnya bilang, “Gue ada di sini loh, panggil aja ntar gua dateng”
Panggil aja, ntar gue dateng
Kapan lagi kan disemangatin mas-mas seganteng Charlie Puth, yang bisa kita ganti semau kita jadi siapa aja. Seperti gue bilang di judul tulisan ini, “Defining the I”, masing-masing kita bebas mau mendefinisikan “I” di lagu One Call Away ini sebagai siapa. Mulai dari orang terdekat yang emang kita sadar mereka nyaris selalu ada buat kita, sampe dia yang nggak mungkin dimiliki lagi karena udah kadung pergi. BEBAS.
The “I” versi Geny
Di awal gue klaim bahwa lagu One Call Away ini lagu paling relijius bahkan di tengah krisis pandemi corona ini, klaim ini muncul karena gue mendefinisikan “I” sebagai Gusti. Kalo mas Charlie Puth yang ‘cuma’ ciptaan Gusti aja bisa ganteng, bening, suaranya merdu gitu bukankah penciptanya 11 12 dengan mas Charlie bahkan lebih aduhai?
Lagipula di masa penuh ketidakpastian ini gue rasa masing-masing orang perlu mencari cara buat tetap waras, tetap punya harapan, dan tetap punya energi buat bertahan hidup. Jujur ya, sebagai manusia yang kesehariannya cenderung introvert dan males banget keluar rumah masa-masa physical distancing dan karantina ini terasa menyiksa buat gue. Apalagi buat temen-temen yang biasanya jarang bisa diem di rumah, tentu jauh lebih sulit. Jadilah gue menimba (lu kata sumur kali Gen) optimisme dari lagunya mas Charlie ini. Lirik yang buat gue nyess dan optimis ini ni
When you’re weak I’ll be strong
I’m gonna keep holding on
Now don’t you worry it won’t be long Darling
and when you feel like hope is gone just run into my arms
Walaupun di situasi ini kita (gue) ngerasa lagi ambyar karena beberapa rencana mesti tertunda karena wabah ini, tapi ada Dia yang menguatkan, dan keadaan ini sementara adanya (this too shall pass), dan yang paling penting ketika gue ngerasa nggak ada harapan lagi Dia bilang “Sini, sini Aku peluk, run into my arms”
Setelah dapet semangat, optimisme, dan inspirasi langkah selanjutnya ya tentu saja yours truly ini berusaha mengejawantahkan (damn the diction) mereka semua ini, karena kalo bentuknya masih semangat dan optimisme tapi nggak melakukan apa apa ya sama aja kan ya.
Gue mencoba mengisi waktu yang terasa nggak abis-abis ini dengan baca buku, nulis dikit-dikit, mengurangi waktu social interaction secara online, nonton drama Korea, rewatching film atau serial yang gue suka.
To close this, gue minjem lirik lagunya mas Charlie lagi deh, mumpung emang lagi ngomongin dia
For now, we can stay here for a while
Cause you know, I just wanna see you smile
Kita pasti bisa ‘tinggal’ dalam situasi kurang enak ini. Tetap jaga kesehatan, dan stay safe and sane.
Kecup mesra,
The one and only Geny