Tadinya tulisan ini mau dikasih judul “2020; A Once in a Lifetime Experience”, tapi gajadi soalnya ga nemu opening yang kece buat bridging. Tapi emang secara keseluruhan tulisan kali ini bakal ngomongin tentang once in a lifetime experience kok. Di tahun 2020 banyak pengalaman pertama yang terjadi dan juga pengalaman yang akan terjadi cuma sekali aja seumur idup. Namanya juga once in a lifetime.
Pertama kali ‘diem’ di rumah aja selama berbulan-bulan. Pertama kali hosting webinar, pertama kali fasilitasi sharing online. Juga segala pengalaman manis pahit asem macam gagal berangkat kerja karena force majeure, dkk. Itu mungkin pengalaman pertama kalinya. Yang barusan kejadian di gue adalah pengalaman yang cuma akan terjadi sekali. Mengantar ibu ke peristirahatan terakhir. Sempat ada rasa nggak percaya dan berharap apa yang dibilang adik gue lewat telpon adalah prank. Tapi gue inget keluarga gue adalah keluarga Pramana Jati bukan Halilintar. So, I know then it’s real.
Singkat cerita, setelah berjuang pulang dan akhirnya berhasil mengantar ibu ke tempat tidur abadinya, gue akhirnya balik lagi ke Jakarta. Sebuah perjalanan yang masih diwarnai kesesakan di hati. Pun ketika coba menjalani hari-hari ke depan yang gak tau akan seperti apa. Gue masih sering nangis sendiri kalo inget ibu. I let it happen. Pas di rumah, semacam ada kewajiban buat gue untuk keliatan tegar (paling nggak, gue nggak keliatan nangis bleweran lah) terutama di depan adik-adik gue. Sekarang saat gue sendirian gue akhirnya menemukan ruang untuk akhirnya jadi manusia aja. Jadi seorang anak yang shock bukan main karena ibunya meninggal, yang menangisi kepergian ibunya, yang masih sedih atas kepergian salah satu kompas hidupnya.
Orang-orang bilang kalo kita sedih terus-terusan, arwah orang yang meninggal akan berat “jalannya”. To be honest gue tentu ga mau ibu ngalamin itu. So I try hard to finish this emotion, by expressing it. Gue sungguh berharap, ibu udah ga lagi ngerasain sakit di badannya sekarang dan dia bisa kumpul dengan adiknya (om gue yang meninggal pas gue masih SD), sukur-sukur ketemu dan kenalan ama ***d (yakale Gen).
Dear Ibu,
If only you can know this, you’ve competed well and you’ve finished the race. All your grief and pain now at last behind you. Please watch us from above.
Regards,
Your lucky daughter