Saat menulis ini saya sedang rindu makan sambal terasi buatan ibu. Mungkin tidak ada yang istimewa dari sambal itu selain rasa terasinya yang hanya samar-samar. Ya, meskipun judulnya sambal terasi, ibu hanya sedikit saja menaruh terasi dalam komposisinya, “Sebagai syarat saja”. Sambal buatan ibu (baik terasi atau bukan) selain rasa pedas cabai rawit lebih didominasi rasa bawang merah dan tomat, “supaya sambalnya tidak kering” begitu kata ibu.
Saya cukup terkejut saat mulai kos dan mendapati sambal terasi yang rasa terasinya begitu dominan. Bahkan aromanya begitu kuat sampai tercium dari jauh. Tinggal serumah dengan ibu tanpa putus selama belasan tahun membuat perbendaharaan rasa yang saya punya agak miskin. Yang saya tahu rasa sambal terasi ya seperti sambal terasi ala ibu, juga masakan-masakan lainnya.
Cita rasa khas yang tiada duanya ini menjadi semacam ‘signature taste’ yang bikin repot orang yang kangen menyantapnya lagi macam saya ini. Yagimana, beli dimanapun belum nemu yang rasanya mendekati, bikin sendiri belum tentu edible. Ah heaven must be joyful as they have such a great cook there mom. Rest assure and be happy up there mom.
Your oldest daughter
G