Puisi Jokpin, Pandemi, dan Catatan Paskah Saya

Sejak dua hari lalu saya ingin menulis tentang pengalaman Paskah saya tahun 2023 ini. Namun apa daya, flu yang hinggap sepulang misa Kamis Putih membuat saya lebih nyaman gegoleran sambil nonton drama Korea. Siang ini saya mencoba berkunjung ke blog kesayangan (saya dan partner saya) ini dan melihat post terakhir tentang sambal terasi tahun 2021! Eh halo jadi selama tahun 2022 saya nggak nulis apa-apa di blog ini. KETERLALUAN.

Kembali ke cerita Paskah saya tahun ini. Tahun 2023 ini untuk pertama kalinya saya mengikuti rangkaian perayaan Paskah secara langsung di gereja. Sejak tahun 2020, saat pandemi Covid-19 mengamuk Gereja Katolik menetapkan berbagai pembatasan ibadah baik harian, mingguan, dan hari besar seperti Natal dan Paskah. Meski sejak tahun 2021 (?) Gereja Katolik mulai memperbolehkan umat untuk misa langsung, saya memilih untuk ikut misa lewat streaming youtube. Selain karena saya mager, some part of my heart masih belum terima atas kepulihan ini. Please don’t get me wrong. Bukannya saya tidak mau kondisi semakin membaik. It’s just that mixed feeling because some loved ones cannot survive the pandemic. I have that mixed feeling everytime I see this “recovering” situation. Since I lost my mom, I have this weird, wandering point of view about death, dan Paskah adalah satu momen yang pas untuk me-review lagi pandangan tentang kematian.

Sejak mengenal puisi Joko Pinurbo yang berjudul “Celana Ibu”, saya langsung jatuh cinta dan menjadikannya post wajib sosial media saya tiap Paskah. Paskah digambarkan dengan begitu manusiawi di sana. Tentang Bunda Maria yang bersedih karena anaknya mati tanpa celana, dan barangkali Bunda Maria tahu bahwa kematian adalah gerbang perjalanan lain. Sama seperti kelahiran. Maka dia mau anaknya berpakaian layak sebelum memulai perjalanan baru itu.

Sama seperti kelahiran, kematian adalah gerbang permulaan suatu perjalanan baru. Bukan hanya bagi orang yang meninggal (you know some faith believe that there is an afterlife) namun juga orang yang ditinggalkan. Mungkin ada peran baru yang harus diambil, atau kebiasaan baru yang dijalankan. Dan seperti jatuh cinta, kehilangan orang terkasih karena kematian adalah proses yang sangat personal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *